Media Menjadi Jalur Utama
Semakin lama kian menarik saja untuk ditonton, itulah televisi.
Masing-masing perusahaan televisi berbondong-bondong menyajikan siaran yang
menarik, bahkan tidak hanya sekedar menarik, tapi bisa juga dikatakan gila.
Kode etik siaran kini hanya dianggap angin lalu. Lihat saja siaran-siaran yang
sedang digandrungi banyak masyarakat, salah satunya adalah YKS. Kaya hiburan,
tapi miskin moral. Sudah kerap diperbincangkan mengenai dampak-dampak negative
yang mungkin terjadi, terutama terhadap efektifitas belajar anak-anak dan
remaja. Kebanyakn anak-anak dan remaja pada jam-jam belajar sudah duduk manis
depan televisi hanya untuk menonton tayangan tersebut dan meninggalkan
kewajiban belajarnya. Hingga tak jarang anak-anak berjoget ala Cesar yang sudah
dihafal sampai luar kepala. Sudah menjadi rahasia umum bahwa hal tersebut
dilakukan pihak media semata hanya untuk menaikan reting produksi, sehingga
tayangan tersebut memiliki nilai jual yang tinggi (tanpa kualitas yang baik).

Mari kita mengintip tayangan televis yang lain. Film berjudul
Mahabarata, film ini berasal dari India. Isi cerita dalam film ini memang dikemas
dengan sangat apik hingga mampu menarik banyak perhatian orang. Film tersebut
mengangkat kisah atau sejarah-sejarah agama Hindu. Tiap agama mungkin memiliki
misi yang sama, yaitu menyebar luaskan agamanya. Di Indonesia pemeluk agama Hindu masih
termasuk golongan minoritas. Namun dapat kita lihat, saat ini agama hindu mulai
memasuki ranah media. Dengan begitu, umat Hindu dapat dengan mudah menyebar
luaskan agamanya melalui media. Bahkan atas keberhasilannya mencapai reting
yang tinggi, stasiun Tv tersebut akan menyajikan film serupa yang berjudul
“Mahadewa”, selain itu ada “Little Krishna” yang juga memiliki tingkat reting
penayangan yang baik. Dalam minoritasnya mereka tetap optimis lambat laun dapat
menguasai dunia. Melalui jalur media inilah segalanya dapat terjadi. Islam
sendiri sebenranya memiliki porsi yang lebih banyak dalam ranah media, namun yang
sulit adalah mempertahankan Islam tetap berada di ranah media dengan reting
yang baik. Setelah munculnya film Mahabarata, film berbau keagamaan itu mulai
mampu mengangkat reting penayangan. Di sinilah letak politik media, dimana
masing-masing pihak memiliki kepentingan yang seimbang. Agama membutuhkan media
untuk melancarkan misinya dan media membutuhkan banyak hal menarik agar
memiliki nialai jual yang tinggi.
Beikut beberapa contoh terkait politik media. Dari sudut pandang
yang berbeda, kita tau bahwa umat hindu telah bangkit dengan minoritasnya untuk
menggencarkan agamanya melalui media. Relakah kita (umat Islam) menyaksikan
bumi pertiwi dikuasi oleh umat agama lain?, relakah kita (umat Islam) mengalah
dan berada di bawah naungan agama lain, serta membiarkan mereka berkembang
begitu saja?. Sedikit sentilan untuk kita (umat Islam) jangan lengah, hingga
tanpa sadar telah terkalahkan. Kini media menjadi jalan utama untuk mencapi
berbagai visi dan misi, mulai dari dunia politik, agama, komunitas, dan lain
sebagainya. Itulah media, manfaatkan sebaik-baiknya dan nikmati seperlunya.